Masalah lingkungan hidup sudah menjadi isu hangat yang banyak diperbincangkan orang terutama di abad 21 ini. Sebenarnya masalah ini telah mencuat mulai abad 19, saat era revolusi industri bergulir. Tetapi masalah ini menjadi sorotan publik sejak globalisasi dicetuskan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) membumbung tinggi yang sulit dibendung. Memang benar kemajuan iptek ini telah membawa dampak positif bagi kehidupan manusia dalam berbagai bidang. Tetapi kita tidak bisa menutup mata, kemajuan tersebut juga berdampak negatif terhadap lingkungan kita yaitu rusaknya lingkungan karena limbah industri dan pola hidup manusia yang serakah. Dampak negatif kemajuan teknologi industri mengakibatkan terutama pencemaran lingkungan dan penamanasan global (global warming) atau disebut juga efek rumah kaca. Hal ini ditandai dengan panas bumi yang semakin naik dari tahun ke tahun dan iklim serta cuaca yang tidak menentu. Selain itu, sanitasi (kebersihan) lingkungan yang semakin berkurang dimana terjadi polusi baik polusi udara, air dan tanah.
Seharusnya yang bertanggung jawab terhadap rusaknya lingkungan ini adalah negara-negara maju yang notabene negara industri, karena merekalah yang menghasilkan limbah industri yang paling banyak. Selain itu, diperparah lagi oleh ulah orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang menebangi kayu sembarangan (illegal logging) di hutan sehingga merusak keseimbangan ekosistem dan biodiversity (keanekaragaman hayati). Namun bukan karena itu saja, limbah rumah tangga juga turut menjadi andil pencemaran lingkungan ditambah lagi pola makan manusia yang mengkonsumsi daging hewan yang semakin meningkat. Sebab merujuk ke hasil penelitian PBB menyebutkan 20 persen gas rumah kaca disumbangkan oleh peternakan.
Akibat ulah keserakahan manusia yang mengabaikan keselamatan lingkungan secara tidak langsung juga telah mengakibatkan bencana alam seperti banjir dan tanah longsor yang terjadi di mana-mana dan telah menelan korban jiwa, harta benda yang tak ternilai harganya. Masihkah kita membiarkan lingkungan ini rusak? Tidakkah kita juga yang akan mengalami akibatnya? Ini masalah yang mendesak (urgen) untuk disikapi dan diperhatikan oleh semua pihak. Tak ada waktu lagi untuk menunggu dan mencari-cari siapa yang salah, siapa yang bertanggung jawab.
Masalah lingkungan ini menjadi tanggung jawab kita semua sekalipun secara individu bukan kita penyebab utamanya. Penanggulangan harus dilakukan sejak dini dan kita harus mulai dari diri kita masing-masing. Ada beberapa perbuatan bijak yang perlu kita lakukan dan biasakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya tidak membuang sampah sembarangan, menanam pohon atau tanaman lain di sekitar lingkungan kita terutama di pekarangan rumah, bijak memanfaatkan produk industri, mengurangi menggunakan kendaraan bermotor dengan membiasakan jalan kaki atau bersepeda, hemat menggunakan energi listrik, mengurangi konsumsi daging, dan masih banyak yang lain.
Masa depan lingkungan adalah tanggung jawab kita semua sebagaimana yang Tuhan perintahkan kepada umatNya dalam kitab Kejadian 1:28 supaya kita menguasai dan memelihara bumi (lingkungan) ini. Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk menghindar dan tidak berbuat sesuatu. Kita pun anak sekolah minggu, jangan karena merasa kecil jadi diam dan berpangku tangan saja. Kita juga bisa berbuat sesuatu dari hal-hal kecil di lingkungan sekitar kita seperti membuang sampah pada tempatnya.
Mari semua kita bertindak, karena kalau bukan kita siapa lagi. Ingat masa depan lingkungan ini ada di tangan kita. Kita harus bersahabat dengan lingkungan agar lingkungan mau bersahabat dengan kita. Lakukan sekarang semasih ada kesempatan untuk kebaikan sahabat kita. Semakin cepat, semakin baik.
Tuhan Yesus memberkati, horas….
Disampaikan oleh: Aprilia Hutagaol (ASM-HKBP Malang) dalam Lomba orasi/pidato SMHKBP Se-dristrik IBT Juni 2009
Ditulis oleh GSM-HKBP Malang (Immanuel Sibarani)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar