31 Mei 2009

Lingkungan Hidup: Pencemaran Lingkungan dan Pemanasan Global Tanggung Jawab Siapa


Masalah lingkungan hidup sudah menjadi isu hangat yang banyak diperbincangkan orang terutama di abad 21 ini. Sebenarnya masalah ini telah mencuat mulai abad 19, saat era revolusi industri bergulir. Tetapi masalah ini menjadi sorotan publik sejak globalisasi dicetuskan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) membumbung tinggi yang sulit dibendung. Memang benar kemajuan iptek ini telah membawa dampak positif bagi kehidupan manusia dalam berbagai bidang. Tetapi kita tidak bisa menutup mata, kemajuan tersebut juga berdampak negatif terhadap lingkungan kita yaitu rusaknya lingkungan karena limbah industri dan pola hidup manusia yang serakah. Dampak negatif kemajuan teknologi industri mengakibatkan terutama pencemaran lingkungan dan penamanasan global (global warming) atau disebut juga efek rumah kaca. Hal ini ditandai dengan panas bumi yang semakin naik dari tahun ke tahun dan iklim serta cuaca yang tidak menentu. Selain itu, sanitasi (kebersihan) lingkungan yang semakin berkurang dimana terjadi polusi baik polusi udara, air dan tanah.

Kenapa manusia masih meragukan eksistensi Tuhan pada saat ini?

--- Oleh Immanuel Sibarani. ---

Kalau ditanya manusia jaman sekarang (post modern) apakah Tuhan itu ada, sebagian mereka akan menjawab ada, sebagian juga akan menjawab ragu-ragu (bahasa halus mengatakan tidak ada) dan sebagian yang lain akan menjawab tidak tahu. Tiga jawaban itu tentu didasari dan didorong oleh berbagai alasan, paham, pandangan, pengalaman, doktrin, ajaran atau dogma agama, pengetahuan serta latar belakang si penjawab yang berbeda-beda. Tapi jika kita mau jujur dan melihat bumi di sekeliling kita (kehidupan), akan kesulitan untuk menyangkal Tuhan tidak ada. Coba kita lihat sistem kehidupan manusia, binatang dan tumbuhan yang begitu kompleks dan rumit yang terangkai indah. Begitu juga dengan sistem antariksa (benda-benda atau planet-planet di langit yang matahari sebagai pusatnya) yang tertata dengan amat sempurna. Siapa yang menjadikan mereka dan siapa yang mengkontrol keberadaan mereka? Pasti ada (terlepas dari siapa “dia”). Tidak cukupkah itu sebagai tanda atau alasan bagi manusia yang terbatas ini untuk menerima tanpa syarat bahwa semua itu ada berkat hasil maha karya “seseorang” yang maha agung. Manusia dengan segala keterbatasannya seharusnya akan dengan mudah percaya dan meyakini bahwa di luar dirinya pasti ada pribadi yang lebih besar.